Bagas membuang puntung rokoknya sembarangan sambil menginjak sisa bara apinya yang menyala. Tangan sebelah kirinya menenteng kantong plastik berlogo minimarket terkenal dengan isi beberapa makanan dan minuman kemasan kesukaan Anin.
cw // kissing, mentioning cheating (bukan di antara soobjun), mild nsfw, broken engrish
Soobin bisa merasakan pahit alkohol yang Yeonjun konsumsi ketika Yeonjun memberikannya ciuman dengan mulut yang terbuka. Bibirnya memagut rakus seperti ingin menelan Soobin secara utuh. Lidahnya menjulur menggoda milik Soobin dan membawa ciuman itu ke tingkatan yang lebih panas.
cw // kissing, mengandung obrolan agak jorok, broken engrish (as always)
Soobin terbangun dari tidur lelapnya karena sinar matahari yang malu-malu masuk melalui sela gorden kamar Yeonjun. Tangan sebelah kirinya terasa kebas karena dijadikan bantal oleh Yeonjun yang masih tertidur tanpa peduli dengan panasnya sinar matahari yang mulai menyengat punggung telanjangnya.
Pesta perayaan natal kecil-kecilan di rumah keluarga Beomgyu ini seharusnya terasa hangat karena semua orang berkumpul dan bercengkrama setelah menyantap hidangan utama yang dibuat oleh Mama Choi—dengan dibantu oleh Ryujin, Taehyun dan Beomgyu.
Satoru tidak pernah menyesal dengan apa pun dalam hidupnya, mulai dari hal yang terbodoh sampai yang paling bijak yang pernah dia lakukan. Seolah-olah kata menyesal menghilang begitu saja di dalam kamus kehidupannya. He's really living his best life
Memukuli ayahnya yang tidak sependapat dengannya hingga hidung dan tangan kanannya patah di umur enam belas, kabur dari istana—yang lebih terasa seperti neraka bagi Satoru—keluarga Gojo di umur 17, lalu hidup secara nomaden bersama pacar laki-lakinya yang katanya jahat.
Johnny memarkirkan mobilnya dengan sedikit tergesa. Dari tempat parkir yang jaraknya tidak terlalu jauh dari panggung dapat ia dengar suara Audra—salah satu penyanyi dari band kesukaannya, f211—yang sedang bernyanyi.
“Ah lo sih pake minta berhenti dulu buat foto-foto, f211 udah mulai nyanyi kan.” Johnny mengeluh sambil memastikan tidak ada barang berharganya yang tertinggal di mobil.
Sayup-sayup terdengar alunan melodi lembut dari lagu Arctic Monkeys yang sedang diputar oleh Doyoung. Sambil bersandar malas pada jendela yang tidak menampakkan pemandangan apa pun, Doyoung melirik pada Jaehyun yang sudah mengemudi selama 7 jam setelah pergantian pengemudi yang terakhir.
“Aren't you tired? Lo udah nyetir selama 7 jam dan belum berhenti sama sekali.” Doyoung bertanya sambil melihat arloji di tangan kanannya. “Lo harus istirahat, Jae. Sini biar gue aja yang gantiin lo nyetir.”
Tidak banyak orang yang tahu bahwa Johnny itu sebenarnya sangat rapuh. Di balik tawa renyahnya yang menular, senyuman lebar hingga barisan gigi-giginya terlihat, serta raut wajah gembira yang begitu palsu, Johnny Suh hanya manusia kecil dan lemah yang juga bisa hancur. Dan mungkin Doyoung adalah salah satu manusia beruntung yang dapat melihat betapa kacaunya Johnny kala itu.
Tidak ada hal yang janggal pada saat itu. Bagi Doyoung semuanya berjalan normal layaknya malam-malamnya yang seperti biasa, sunyi senyap. Namun semuanya dibuyarkan oleh suara bel pintu yang ditekan dengan tidak sabaran. Dan itu amat sangat mengganggu bagi Doyoung.
Ini semua terasa seperti sudah bertahun-tahun berlalu padahal Johnny dan Doyoung baru saja berpisah sekitar delapan bulan yang lalu. Dan mereka putus dengan alasan yang klasik, sudah tidak cocok dan merasa semuanya akan menjadi lebih baik jika mereka berpisah.
Dan hal itu memang terbukti benar. Semuanya menjadi lebih baik ketika mereka berpisah. Setidaknya untuk Doyoung begitu.
Everything felt so right for Johnny. Dirinya, Doyoung, genggaman yang kian mengerat pada tangannya yang melingkari pinggang Doyoung, juga bias matahari pagi yang menyinari helaian rambut lembut Doyoung yang sehitam jelaga.
Johnny bersumpah pada semesta, dia akan menukar apa saja yang ada dalam hidupnya untuk terus berada disini, di momen ini, bersama dengan Doyoung di sepanjang hidupnya.